Recent Movies

THE POSSESSION



Tagline:
 Fear The Demon That Doesn't Fear God.

Nice-to-know: 

Awalnya MPAA memberikan rating Dewasa untuk kekerasan, terror dan gambar yang mengganggu sebelum akhirnya diubah menjadi Remaja.

Cast: 

Jeffrey Dean Morgan sebagai Clyde
Natasha Calis sebagai Em
Kyra Sedgwick sebagai Stephanie
Jay Brazeau sebagai Professor McMannis
Madison Davenport sebagai Hannah
Matisyahu sebagai Tzadok
Grant Show sebagai Brett


Director: 
Merupakan film ketujuh bagi Ole Bornedal yang mulai dikenal luas sejak Nightwatch (1997) yang merupakan remake Nattevagten (1994).

W For Words: 
Nyaris setengah abad sudah sejak kemunculan pertama kali “leluhur” film-film kesurupan dalam titel The Exorcist (1973) yang melejitkan nama Ellen Burstyn, Max von Sydow dan Linda Blair pada masanya. Film produksi Ghost House Pictures dan North Box Productions ini memang tidak sepenuhnya berjalan pada template yang sama meski terjadi kemiripan disana-sini. Ilham utamanya berasal dari artikel “Jinx in a Box” milik Leslie Gornstein yang kemudian digubah dalam bentuk skrip oleh Juliet Snowden dan Stiles White. Penasaran? Saya iya, apalagi desain posternya yang unik itu.

Pasutri Brenek yaitu Clyde dan Stephanie sepakat bercerai. Kedua putrinya  yaitu Hannah dan Em ikut ibu mereka dan sesekali meluangkan waktu bersama ayah di akhir pekan. Saat mengunjungi cuci gudang tetangga, Em memilih sebuah kotak misterius dengan tulisan Hebrew. Usaha keras untuk membuka ternyata tidak dibarengi dengan hasil, tidak ada yang berarti di dalamnya. Lambat laun perilaku Em mulai berubah ganjil mengarah kekerasan. Awalnya Clyde mengira hal tersebut karena perpisahan orangtua tapi ada sesuatu lebih gelap dari itu dimana cuma Rabbi Tzadok yang dapat menjawabnya.

Campur tangan produser Sam Raimi yang juga spesialis horor masih terasa meskipun tampuk sutradara ada pada Bornedal. Paruh pertama film terus terang lebih menakutkan bagi saya, kengerian yang merambat perlahan dengan scoring music minim sambil sesekali dikejutkan dengan sound effect. Belum lagi serbuan ribuan serangga misterius sejenis kupu-kupu di kamar tidur Em yang juga temaram bermandikan sinar bulan yang masuk dari jendela. Paruh kedua memang menawarkan tempo lebih cepat tapi tidak dibarengi oleh rasionalitas yang diharapkan terutama pada proses pengusiran roh itu sendiri.

Banyak sekali pertanyaan tak terjawab. SPOILER ALERT! Pertama, tetangga Clyde dalam perban yang tampak ketakutan melihat Em memegang kotak itu. Kedua, Brett yang kehilangan giginya tatkala mendekati Em. Ketiga, guru Em yang menemui ajalnya karena menahan kotak. Keempat, roh Abyzou yang sempat terlihat pada scan MRI tidak menimbulkan reaksi apa-apa dari dokter atau suster. Kelima, tangan Clyde yang ditusuk garpu tidak memberikan indikasi apapun pada adegan berikut. Terakhir, kegaduhan di lantai 6 rumah sakit saat exorcism berlangsung tidak mengundang perhatian samasekali.

Dean Morgan menyuguhkan penampilan terbaiknya di sini. Lakon Clyde mampu mengundang simpati sebagai suami yang masih menghargai istri sekaligus ayah yang menyayangi anaknya. Sayang, isu child abuse yang dituduhkan mantan istrinya tidak tereksploitasi dengan baik. Sama halnya dengan karakter yang dimainkan Sedwick dan Davenport yang timbul tenggelam. Upaya Calis pantas diapresiasi. Transformasinya dari bocah perempuan manis dan santun menjadi anak iblis yang menyeramkan. Tak lupa rasa takut dan kebingungannya menjadi transisi yang cukup believable.

The Possession dikatakan sebagai terinspirasi dari kisah nyata dengan sedikit latar belakang Yahudi yang tak cukup kuat menyokong faktualnya. Kelemahan yang paling kentara adalah berbagai subplot yang digulirkan memberi koneksi tipis terhadap plot utamanya kalau tidak mau disebut tempelan belaka. Setidaknya kombinasi drama keluarga dan horor kerasukan ini masih menyimpan genuine creepy moments yang predictable, terlebih bagi anda yang memilii banyak referensi film-film sejenis tetapi masih senang mendapatkan pengalaman serupa.

Durasi: 
92 menit

The Croods

The Croods 2013 * The Croods 2013 :
- Tayang di Bioskop: 23 March 2013 (3D/2D; IMAX 3D)
- Genre: Family, Adventure, Comedy, Animation 3D Kids
- Directed by: Kirk DeMicco, Chris Sanders
- Distributed by: 20th Century Fox
- Produced by: DreamWorks Animation
- Starring:
  • Nicolas Cage
  • Ryan Reynolds
  • Catherine Keener
  • Emma Stone
  •  




 
Sebuah Film Animasi 3D keluarga "The Croods" dibintangi Nicolas Cage dan Ryan Reynolds produksi 20th Century Fox yang akan tayang di Bioskop 2013 terbaru Indonesia.


* Sinopsis The Croods 2013:
Sebuah komedi prasejarah yang berpusat pada gua Crug, yang hati-hati memimpin keluarganya di luar zona kenyamanan setelah gempa bumi menghancurkan rumah mereka. Ketika mencoba untuk menavigasi dunia yang berbahaya dan asing, Crug kepala puntung dengan nomaden, yang pesona Crug ini klan - terutama putri sulungnya - dengan (relatif) nya modern berpikiran cara.

Penasaran dengan Film ini, langsung saja dilihat Sinopsis Pemain dan Video The Croods 2013 Movie Trailer di Bioskop Terbaru berikut:





Virgin 3: Satu Malam Mengubah Segalanya



Sutradara Nayato Fio Nuala
Produser Chand Parwez Servia
Penulis Cassandra Massardi
Pemeran Irish Bella
Alex Abbad
Fero Walandouw
Shapira Indah
Gege Elisa
Ynessa Ioa Gaffar
Raffi Ahmad
Distribusi Kharisma Starvision Plus
Tanggal rilis 17 Maret 2011
Negara Indonesia


Update film Indonesia yang terbaru, berjudul VIRGIN 3. Berikut sedikit resensinya. Dini, Tika, Sherry dan Putri hanya berencana merayakan malam terakhir Putri sebelum keberangkatannya untuk melanjutkan sekolah di Melbourne. Atas ide Sherry, walaupun mereka masih di bawah umur, dengan bantuan seorang fotografer Tyo, akhirnya mereka berhasil masuk ke club yang sangat eksklusif. Di sanalah kekacauan mulai terjadi.  Anak-anak yang belum pernah mencoba kehidupan malam diberi minuman, dan ternyata banyak kejutan yang menanti mereka. Mereka harus menghadapi berbagai tipe orang-orang di kehidupan malam yang mencoba memanfaatkan kenaifan dan kepolosan mereka. Sherry bangun dalam keadaan luka-luka. Apa yang sebetulnya terjadi di malam itu? Bisakah mereka menemukan Putri kembali sebelum semuanya terlambat?

Sinopsis

Awalnya, Dini, Tika, Sherry dan Putri hanya berencana merayakan malam terakhir Putri sebelum keberangkatannya untuk melanjutkan sekolah di Melbourne. Atas ide Sherry, walaupun mereka masih di bawah umur, dengan bantuan seorang fotografer Tyo, akhirnya mereka berhasil masuk ke club yang sangat eksklusif. Di sanalah kekacauan mulai terjadi. Anak-anak yang belum pernah mencoba kehidupan malam diberi minuman, dan ternyata banyak kejutan yang menanti mereka.
Mereka harus menghadapi berbagai tipe orang-orang di kehidupan malam yang mencoba memanfaatkan kenaifan dan kepolosan mereka. Sampai akhirnya begitu keesokan pagi, Dini cs terbangun di sebuah hotel dalam keadaan berantakan. Anak-anak ini pun panik, apalagi mereka dikejar oleh Allan, pria misterius yang sepertinya tidak putus asa untuk bisa menangkap mereka. Dini sendiri tersadar kalau ia berkenalan dengan Ben, vokalis band terkenal di malam yang sama. Sherry bangun dalam keadaan luka-luka. Sementara itu Tika malah bangun dengan memakai baju yang bukan miliknya. Sedangkan Putri hilang diculik saat mereka berusaha lari dari kejaran Allan

Rise of the Guardians

Film animasi terbaru berjudul  Rise of the Guardians.  Bermula dari North (diperankan Alec Baldwin) seorang yang bekerja di toko mainan untuk kado natal bagi anak anak. Suatu hari terlihat cahaya diradar bumi tidak seperti biasanya. Dia mulai curiga dan berpikiran ada yang tidak beres dengan hal itu. Mitosnya cahaya tersebut adalah rasa percaya anak anak pada sosok Sinterklas, Peri Gigi , Peri Mimpi serta Kelinci Paskah.
Sinterklas adalah sosok yang sering muncul dicerita sebagai pembawa hadiah pada malam natal yang akan dibagikan lewat cerobong asap rumah. Untuk Peri Gigi katanya akan mengganti gigi tanggal menjadi sbuah hadiah yang akan diselipkan dibawah bantal. Untuk Peri Mimpi akan memberikan mimpi indah saat tidur terlelap. Sedangkan untuk Kelinci paskah akan membuat telur warna warni. Dugaan North ternyata benar. Meredupnya cahaya dikarenakan sang Penyebar Mimpi Buruk telah bangkit. Dia dalah Pitch Atau Boogeyman (diperankan Jude Law). Munculnya sang Penyebar Mimpi Buruk ini yang nantinya membuat sinterklas, peri gigi, peri mimpi dan kelinci paskah akan berkumpul dan bersatu menyelamatkan anak anak diseluruh dunia.
Rise Of The Guardians sebuah film animasi 3 Dimensi yang bisa membangkitkan kenangan masa kecil anda. Sepertinya film ini sangat cocok untuk anda tonton bersama keluarga anda yang akan merayakan hari natal nanti. Berikut cuplikan film Rise of The Guardians.

Frankenweenie

Kali ini akan menulis tentang film animasi terbaru berjudul Frankenweenie. Film ini berkisah tentang Victor Frankenstien (Charlie Tahan) yang merupakan anak yang jarang gaul dengan teman-temannya. Setiap hari Victor menghabiskan waktu dengan anjing kesayangannya. Anjing tersebut ia beri nama Sparky. Anjing ini sebenarnya sering membuat gaduh dan sangat sulit untuk diatur, namun demikian Victor sangat menyayanginya dan selalu melindungi layaknya seorang sahabat.
Hingga suatu hari, sang anjing kesayangan bernama Sparky ini mengalami kejadian naas. Sparky tewas tertabrak mobil. Dari situ Victor menjadi anak pendiam. dia suka mengurung diri dalam kamar. Hari harinya juga dihabiskan dengan berdiam dan tidak bersemangat. Saat mengikuti pelajaran sains di sekolah, sang guru yang bernama Rzykruski menjelaskan bahwa listrik merupakan kekuatn yang sangat besar dapat menghidupkan sosok yang sudah mati. Mendengar hal tersebut, Victor sepertinya kembali bersemangat. Dia berharap dengan hal itu akan bisa menghidupkan kembali sparky yang sudah mati.


Akhirnya Victor pun mencoba, dengan mengandalkan kemampuannya yang terbatas, dia mulai bereksperimen. Dilain pihak, temannya juga mencoba cara tersebut. Bedanya sang temannya tersebut membuat sosok monster yang sangat mengerikan. FIlm animasi horor berjudul Frankenweenie ini menyelipkan unsur komedi didalamnya, jadi penonton akan dibuat terbahak bahak dengan film ini. Ada pesan yang disampaikan dalam film ini diantaranya tentang arti sebuah kesetiakawanan, pengertian dan keikhlasan dalam menghadapi kejadian atau peristiwa kematian.



Para Pemeran Film Frankenweenie
Film frankenweenie ini mendapat rating 7,6 dari 4.817 user di IMDB. Jadi menurut saya film yang bagus untuk anda tonton bersama anak anak dan keluarga anda. Berikut ini cuplikan film animasi horor frankenweenie :

Wreck-it Ralph

Film bioskop terbaru berjudul Wreckit Ralph, sebuah film animasi yang mengingatkan kita pada permainan ding dong.  Berkisah tentang Ralph (diisi oleh John C. Reilly) merupakan karakter dalam sebuah  permainan ding dong Fix it Felix, Jr. Ralph ini seorang penjahat dalam sebuah permainan game ding dong. Berbadan gempal dan gede, serta sangat kuat. Sedangkan Felix (diisi oleh John Mcbrayer) adalah seorang pahlawan yang diidolakan dalam permainan ini.

Nah ceritanya sang  penjahat yang bernama Raplh ini sudah jenuh menjadi penjahat. Selama 30 tahun karir nya sebagai penjahat di game ding dong  tidak pernah mendapat perhatian, bahkan dijauhi oleh anggota permainan yg lain. Karena jika permainan telah usai, mereka akan melakukan aktifitas layaknya seperti masyarakat biasa.

Akhirnya Ralph pun memutuskan untuk  mencoba permainan lain. Dia keluar dari permainan Fix it Felix, dan mencari permainan lain supaya  bisa mendapatkan medali pahlawan. Ralph melakukan hal ini supaya sekembalinya nanti dia bisa dihargai oleh teman temannya di Felix it Felix.  Akan tetapi masalah terjadi. Ralph malah membuat ulah yang serius, sehingga semua permainan menjadi terancam.  

Penasaran kisahnya ? silahkan lihat trailer film Wreckit Ralph berikut ini :

WAJAH SEORANG LAKI-LAKI

JUDUL FILM : WADJAH SEORANG LAKI-LAKI
SUTRADARA : TEGUH KARYA
PRODUSER : TURINO DJUNAEDY
CERITA : TEGUH KARYA
SKENARIO : TEGUH TEGUH KARYA
MUSIK : IDRIS SARDI
PRODUKSI : PT. FILM
TAHUN PRODUKSI : 1971
JENIS : FILM DRAMA
PEMAIN : WD MOCHTAR, RIMA MELATI, SLAMET RAHARDJO, TUTI INDRA MALAON, TITI QODARSIH, WOLLY SUTINAH, N RIANTIARNO, HENGKY SOLEMAN

SINOPSIS :

Film ini mengambil setting di Batavia. Amalo (Slamet Rahardjo) menjadi kesal dan berontak karena ayahnya, Ambu Kapitan (WD Mochtar) seorang penjaga kuda-kuda milik kompeni kawin lagi dengan Nona Stella seorang keturunan Kompeni. Amalo tidak terima karena ayahnya yang tidak bertanggungjawab hingga ibu kandungnya meninggal ketika sakit karena ayahnya jarang pulang. Amalo di tinggal ibunya ketika masih berusia 14 tahun. Sedangkan ayahnya jaran g sekali pulang. Setelah ibunya meninggal, dengan perasaan yang masih sakit hati pada Ayahnya, Amalo tidak mau mengakui ibu tirinya. Sementara Adik-adik Amalo juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Akhirnya Amalo pergi meninggalkan rumah untuk menjadi buruh ikan di pelabuhan. Namun demikian Amalo kerap mengunjungi seorang wanita, Ina (Rima Melati) yang ia sukai namun disukai oleh sahabatnya juga , Runtu (N Riantiarno). Namun kemudian Runtu justru menikahi Ina ketika Amalo tidak pulang-pulang, yang membuahkan seorang anak.

Sedangkan Amalo, selama dalam pelarian, ia membantu para pejuang untuk mencuri kuda-kuda kompeni dan juga bedil-bedil kompeni dengan bantuan seorang penari. Karena kuda-kuda adalah tanggungjawab Ambu Kapitan, maka akhirnya sebagai bentuk pertanggungjawaban, rumah Ambu kapitan di segel. Sementara itu Ambu sendiri pergi dengan kesenangannya setelah istrinya yang dinikahi kembali kabur dari dirinya. Sedangkan anak-anaknya dibiarkan terlantar.

***
Setelah lama dalam pelarian, akhirnya Amalo kembali dan mendapati rumahnya sudah tidak ada, namun ia bisa bertemu adik perempuannya (Titi Qodarsih) yang suka membantu di warung Tiur (Tuti Indra Malaon). Amalo juga kembali bertemu dengan Ina yang kini sudah memiliki suami. Hal ini membuat Runtu cemburu dan melaporkannya pada Kompeni. Puncaknya Amalo ditangkap, namun bisa lolos.

Di akhir kisah, Amalo harus meregang nyawa setelah di tembak mati oleh ayahnya sendiri, Ambu Kapitan ketika Amalo sedang mencuri kuda. Belakangan juga di ketahui kalau Runtu adalah saudara seayah lain ibu, akibat hubungan tidak senonoh ayahnya terhadap ibu Runtu.

****

Wadjah Seorang laki-laki merupakan film garapan sutradara Kenamaan Teguh Karya yang selalu meramunya dengan pemain-pemain teater, sehingga tidak hanya sekedar tontonan acting film saja, namun suasana teatrikal yang kental akan terasa.

LELAKI SEJATI

JUDUL FILM : LELAKI SEJATI
SUTRADARA : DANU UMBARA
PRODUSER : NY LEONITA SUTOPO
SKENARIO : WISNU MOURADHY
PRODUKSI : PT. INEM FILM
TAHUN PRODUKSI : 1984
JENIS : FILM DRAMA-LAGA
PEMAIN : JOHAN SAIMIMA, YAN BASTIAN, AVENT CHRISTIE, TANAKA, ERNA SANTOSO, FANNY BAUTY, TUTI WASIAT, NANDA JALADARA







SINOPSIS :

Tuti (Tuti Wasiat) dan adiknya (Nanda Jaladara) sedang berjalan menuntun sepedannya, namun tiba-tiba di kejutkan dengan kedatangan Parlan Antonio Subrata (Avent Christie) yang mengganggunya dan berusaha untuk memperkosa Tuti. Merasa dirinya terancam, Tuti mencoba membela diri sekuatnya, sementara itu adiknya berusaha mencari pertolongan kepada Hendra (Johan Saimima) yang juga merupakan pacar Tuti. Namun sayang kedatangan Hendra dan kawan-kawan terlambat di lokasi kejadian. Ia mendapati Tuti sudah lemas dan tidak berdaya. Akhirnya Tuti meninggal di pangkuan Hendra. Namun sebelum meninggal Tuti memberitahukan pada Hendra kalau dirinya masih suci. Sepeninggal Tuti, hanya berbekal barang bukti kunci motor, Hendra mencurigai pelaku yang telah membunuh Tuti.

Maka untuk menuntut kematian Tuti, Ia datang ke rumah Subrata Alexander(Yan Bastian) kakak dari Parlan yang merupakan pelaku utama. Namun Subrata yang juga teman dari Hendra tidak mempercayai akan tindakan adiknya. Agar lebih jelasnya, Subrata menanyakan langsung pada Parlan, namun Parlan mengancam Hendra akan membeberkan bisnis Subrata yang kotor jika ia memberitahukan pada Hendra.

Akhirnya Hendra mengetahui rahasia Subrata dari Linda (Fanny Bauty) salah seorang anak buah Subrata yang ingin menuntut balas. Sementara itu seorang polisi wanita (Erna Santoso) menyamar kerumah Subrata untuk menjadi anak buahnya. Namun Subrata sudah curiga dari awal dan menyuruh anak buahnya untuk selalu mengawasi gerak geriknya.

Meski Parlan tidak bisa di sentuh oleh Hendra namun suatu saat akhirnya Parlan berhasil dilumpuhkan Hendra, karena tujuan utamanya bukanlah untuk membunuh Parlan namun tujuan utama Hendra adalah untuk membantu polisi. Sedangkan Subrata sendiri juga berhasil di tangkap akan kejahatannya.

LIFE OF PI

Quote: 
Santosh Patel: You think tiger is your friend, he is an animal, not a playmate
Pi Patel: Animals have souls... I have seen it in their eyes.


Nice-to-know: 

Pada satu titik, M. Night Shyamalan sempat dikabarkan akan menulis dan menyutradarai proyek ini.

Cast: 
Suraj Sharma sebagai Pi Patel
Irrfan Khan sebagai Adult Pi Patel
Ayush Tandon sebagai Pi Patel (11 / 12 Years)
Gautam Belur sebagai Pi Patel (5 Years)
Adil Hussain sebagai Santosh Patel
Tabu sebagai Gita Patel
Rafe Spall sebagai Writer
Gérard Depardieu sebagai Cook


Director: 
Merupakan film ke-13 bagi Ang Lee setelah Taking Woodstock (2009).

W For Words:
Butuh waktu sekitar sebelas tahun bagi studio besar Hollywood untuk yakin mengadaptasi novel petualangan fantasi keluaran tahun 2001 berjudul Life of Pi karangan pria kelahiran Kanada-Perancis, Yann Martel yang berhasil memenangkan Man Booker Prize untuk edisi Inggris setahun berikutnya. Kisah seorang anak India itu juga diterjemahkan dalam berbagai bahasa hingga menjadi salah satu buku paling berpengaruh selama satu dekade terakhir. Adalah Fox 2000 Pictures yang sepakat mempercayakan bujet 120 juta dollar di tangan sutradara Asia bernama Ang Lee yang juga pemegang Piala Oscar di tahun 2005 lalu.

Pi adalah seorang anak yang menganut beberapa keyakinan sekaligus sebagai pedoman hidupnya. Ketika ayahnya memutuskan menjual isi kebun binatang keluarga melalui perjalanan laut, bencana kapal karam diterjang badai merenggut orang-orang terkasih dalam hidup Pi. Sekoci yang menyelamatkannya hanya menyisakan seekor zebra, hyena, orang utan dan harimau Bengali yang buas. Lantas Pi berusaha keras untuk bertahan hidup terapung-apung di lautan sekaligus menceritakan seluruh kisah hidupnya yang luar biasa tersebut kepada salah satu penulis yang ingin menerbitkannya dalam bentuk buku.

Skrip milik David Magee membagi perjalanan hidup Pi dalam 4 fase yaitu sekolah dasar, sekolah menengah, remaja dan dewasa dimana masing-masing memberikan kontribusi terhadap tingkah laku dan cara pemikirannya. Satu masa yang mengubah hidupnya secara nyata adalah survival 227 hari bersama Richard Parker sambil tetap meyakini campur tangan Tuhan yang sesungguhnya. Semua itu tertuang dalam narasi yang terstruktur rapi. Permasalahan utamanya, sejak awal anda diminta untuk “kompromi” terhadap tokoh Pi yang mempercayai Hindu, Kristen dan Islam sekaligus. Please continue if you’re okay with it!

Belur, Tandon dan Khan memang likeable tapi standout performance jatuh pada debutan Sharma. Nyawa film yang bergantung padanya berhasil dituntaskan dengan terjemahan emosi kesedihan, kekalutan, kepasrahan, kemarahan dan keberanian yang begitu nyata tanpa harus kehilangan sisi charming nya dimana sebagian besar adegan dilakukan “seorang diri”. Tak kurang dari empat ekor harimau Bengali dipilih untuk menghidupkan Richard Parker yang buas dan jinak sekaligus. Tentunya bantuan CGI amat dibutuhkan untuk mewujudkan interaksi intens yang sangat menantang tersebut.

Sutradara Ang benar-benar memaksimalkan kamera 3D di tangannya untuk menyajikan visual indah memanjakan mata baik siang maupun malam. Bagaimana pantulan cahaya matahari terbit/terbenam di atas permukaan laut, ikan terbang berwarna perak, ikan paus yang melompat, ubur-ubur di laut biru yang bercahaya, meerkat yang bergerombol memenuhi pulau dsb bekerja secara efektif menjaga intensitas minat anda. Spesial efek badai yang mengombang-ambingkan kapal juga berhasil dengan baik sehingga ritme naik turun film terbangun dengan sempurna dalam melayarkan konflik yang ada. He’s one of the most versatile directors ever!

Konsep rantai makanan juga tergambar disini ketika tikus, zebra, orangutan, hyena dan harimau saling memangsa. Contoh seleksi alam juga terpampang melalui pulau kematian yang menyediakan air segar menyejukkan di siang hari tetapi berubah menjadi air asam mematikan di malam hari sehingga populasi meerkat yang mendiaminya tersingkir dengan sendirinya. Perubahan interaksi Pi dengan Richard yang semula mangsa dan predator sampai bisa hidup bersisian dalam simbiosis mutualisme adalah proses menarik walau sesungguhnya saya mengharapkan sedikit kedalaman yang lebih rasional lagi.


Life Of Pi memang mengajarkan kita akan segudang hal mulai dari bertahan hidup, bekerja keras, berpikir cerdas, beradaptasi cepat hingga berserah diri pada Tuhan. Perjalanan spiritual yang dialami Piscine Moralto Patel niscaya memunculkan arti hidup sebenarnya, bisa ditemukan tanpa harus dicari. Tentunya dapat direfleksikan dengan kehidupan kita sehari-hari dalam menghadapi cobaan yang datang silih berganti. Apabila ada yang harus dikorbankan sebagian besar berupa waktu dan kenangan tak ternilai yang bahkan tidak selalu menyisakan satupun kata perpisahan. Let’s sail away the journey. Shall we?

Durasi: 
127 menit 

RISE OF THE GUARDIANS

Quote: 
North: It is our job to protect the children of the world. For as long as they believe in us, we will guard them with our lives... 

Nice-to-know: 

Film DreamWorks Animation terakhir yang didistribusikan oleh Paramount.

Cast:
Chris Pine sebagai Jack Frost
Alec Baldwin sebagai North
Jude Law sebagai Pitch
Isla Fisher sebagai Tooth
Hugh Jackman sebagai Bunny
Dakota Goyo sebagai Jamie Bennett


Director: 
Merupakan debut penyutradaraan Peter Ramsey yang sebelumnya menangani Monsters vs Aliens : Mutant Pumpkins from Outer Space (2009) yang langsung rilis untuk konsumsi televisi.

W For Words: 
Dari masa ke masa berbagai judul animasi selalu dikeluarkan untuk menyambut Natal dengan satu tujuan yaitu menjaga spirit dan kepercayaan kaum muda yang tumbuh bersama kisah-kisah serupa dari orangtua masing-masing. Tradisi itu kemudian diteruskan oleh DreamWorks tahun ini lewat film yang tidak berhubungan samasekali dengan Legend of the Guardians : The Owls of Ga’Hoole (2010) milik Warner Bros terlepas dari kemiripan judul, melainkan adaptasi buku karya William Joyce yang lantas digubah ke dalam bentuk skenario oleh David Lindsay-Abaire.

Jack Frost kerap kali mempertanyakan identitas dan arti hidupnya. Ia tak dapat dilihat meskipun ada di sekitar manusia. Jawaban itu mulai terungkap ketika North, Sandy, Tooth, Bunny mengajaknya bergabung dalam ikatan Guardians alias pelindung anak-anak di seluruh dunia termasuk Jamie dan kawan-kawan. Pasalnya roh jahat yang dikenal dengan sebutan Pitch tengah meluncurkan armada bayangan hitam yang bertekad mematikan semangat Paskah di muka bumi. Mampukah lima sekawan itu mempertahankan diri sekaligus membuat warga tetap percaya?

Ada lima karakter fiktif yang akan membuat anda bersorak-sorai. Pertama, Jack Frost (Chris Pine) yang berupaya mengembalikan ingatannya ketika masih menjadi anak biasa. Kedua, North (Alec Baldwin) alias Santa yang bertanggungjawab atas produksi pabrik mainan demi memenuhi permintaan anak-anak sedunia. Ketiga, Bunny (Hugh Jackman) ikon kelinci Paskah penyedia telur hias. Keempat, Tooth (Isla Fisher) peri pengumpul gigi susu anak-anak yang tanggal. Kelima, Sandman/Sandy yang bertindak sebagai pemberi mimpi dan juga penghapus ingatan anak-anak dengan memakai pasir emas ajaibnya.


Karakter manusia diwakili oleh bocah laki-laki bernama Jamie (Dakota Goyo) yang selalu mempercayai keberadaan lima “pelindung” itu meski tak pernah dilihatnya secara langsung. Tokoh antagonis Pitch (Jude Law) adalah penebar ketakutan yang ditanamkan dalam mimpi anak-anak. Kecerdasan Lindsay-Abaire dalam meramu setiap plot dan twist berdasarkan mitos yang ada menjadi nilai jual tersendiri. Penonton belia maupun dewasa sekalipun akan merasa dekat dengan masa-masa yang pernah mereka alami sehingga tradisi mempercayai keajaiban akan tetap terjaga.

Sutradara Ramsey berhasil memperluas ruang penceritaannya dengan desain art yang detail di setiap tokoh dan lokasinya, lihat saja kolam es Jack Frost, pabrik mainan North, ladang telur Bunny, penjara baby tooth dsb. Belum lagi sentuhan estetika imajinatif khas Guillermo del Toro yang kali ini hanya bertindak sebagai produser. Narasi keseluruhan tergolong dinamis sehingga momen-momen di dalamnya terkoneksi secara utuh. Format 3D ataupun IMAX memang mempertegas kedalaman gambar dan ketajaman warna tapi tidak cukup efektif pada sekuens adegan aksi yang bergerak cepat. 

Rise of the Guardians sangatlah predictable tapi diyakini masih mampu mempertahankan excitement anda dari awal sampai akhir. Selain mengandung pesan moral bahwa tak ada salahnya tetap mempercayai keajaiban demi keyakinan melangkah, jalan berbeda yang dipilih oleh Frost dan Pitch yang sama-sama pernah mengalami kepahitan semasa hidupnya bisa menghadirkan perenungan reflektif.
Definitely recommended for entire family in the end of season’s holiday. Enjoy heartfelt fun with those lively characters on a big screen!

Durasi: 
97 menit

Stolen

Tagline:
12 Hours. $10 Million. 1 Kidnapped Daughter.

Nice-to-know: 
Baik Clive Owen maupun Jason Statham pernah dikabarkan mengisi peran utama dalam film ini.
Cast:
Nicolas Cage sebagai Will Montgomery
Josh Lucas sebagai Vincent
Danny Huston sebagai Tim Harlend
Malin Ã…kerman sebagai Riley Jeffers
Sami Gayle sebagai
Alison Loeb 

Director:
Film pertama Simon West adalah Con Air (1997) yang juga dibintangi oleh Nicolas Cage.

W For Words:
Melihat lima filmnya sepanjang tahun 2011 yaitu Season of the Witch, Drive Angry, Seeking Justice, Trespass, Ghost Rider: Spirit of Vengeance yang flop abis rasanya anda sudah tahu dimana level seorang Nicolas Cage sekarang. Pemenang Aktor Terbaik di ajang Academy Awards 1996 lewat Leaving Las Vegas (1995) ini ironisnya tak kunjung mendapat tawaran berarti sehingga memilih untuk ’kejar setoran’. Apalagi poster film yang diproduksi oleh Millennium Films, Nu Image Films dan lain-lain ini tergolong buruk dengan teknik photoshop yang amat kentara. 

Will Montgomery adalah pencuri ulung yang secara tidak sengaja melukai rekannya sendiri Vincent pada saat merampok bank. Tertangkap dan mendiami tahanan selama delapan tahun, Will akhirnya bebas dan bisa menjumpai putrinya kembali Alison. Malangnya, Vincent masih menyimpan dendam dan menganggap Will menyembunyikan hasil rampokan hingga tega menculik Alison dan menyekapnya di dalam bagasi taksi yang dikendarainya. Kini Will harus mencari cara untuk mengumpulkan sejumlah uang tebusan dengan bantuan mantan rekannya si pramusaji bar, Riley Jeffers. 

Skrip yang ditulis oleh David Guggenheim ini memang tidak terbilang baru. Cage bahkan pernah melakoni peran serupa dalam Gone in Sixty Seconds (2000) yang juga bertemakan pencurian mobil demi menyelamatkan adiknya. Anda tinggal mengganti mobil dengan emas, adiknya dengan putrinya. Voila! Belum lagi kasus penculikan yang selama ini dipopulerkan oleh Liam Neeson dalam Taken (2008) dan sekuelnya tersebut. Silakan kombinasikan elemen-elemen itu dan jadilah sebuah film anyar dengan citarasa lawas. Still okay if you have a great presentation to the audience!

Kapabilitas sutradara West untuk genre action memang tak perlu diragukan lagi. Timing tepat dan tempo cepat amat dibutuhkan demi memacu adrenalin penonton. Production value yang “menjual” disini adalah setting jalanan New Orleans selama parade Mardi Gras dimana tingkat kesulitan menata suara dan dialognya memang cukup tinggi. Selain itu adegan kebut-kebutan mobilnya lumayan menegangkan walaupun kehancuran yang disebabkan sedikit terasa berlebihan. Pergulatan dengan FBI lagi-lagi sesuai stereotype, datang terlambat, respon telat dsb.

Untungnya Cage tidak sampai overreact seperti yang ditunjukkannya belakangan ini. Setiap adegan aksi yang dilakoninya masih believable. Sayang penjiwaannya sebagai rekan, ayah dan korban belum beranjak dari kebiasaan lama yang datar saja. Lucas mampu mencuri perhatian sebagai antagonis dengan gangguan mental, semakin meyakinkan dalam rambut pirang panjang yang tak terurus. Salah satu aktris cantik favorit saya yakni Akerman seakan memperpanjang daftar buruknya setelah Catch.44 (2011). Sama halnya dengan Gayle yang tidak memberi kontribusi berarti dalam peran putrid pemberontak.

Stolen memang lebih baik dari lima film Cage yang saya sebutkan pada paragraf pertama di atas. Setidaknya masih terbilang efektif mengisi waktu santai anda dengan hiburan brainless yang sesekali menghadirkan tawa baik disengaja ataupun tidak. Dua subplot yang berjalan bersisian bisa jadi diniatkan sedari awal walau secara tidak langsung mengaburkan penekanan film yang blur. Failed as a family drama but not successful either as an action movie. Still curious with Cage in similar roles? Well, you can give this a shot.
Durasi: 
96 menit

Bidadari_Bidadari Surga



Quotes: 
Laisa: Kalian harus belajar.. Bukan untuk mama, bukan untuk kakak, tapi demi kehidupan masa akan datang yang lebih baik.

Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh Starvision ini menyelenggarakan press screening dan gala premierenya sekaligus di Hollywood XXI pada tanggal 4 Desember 2012.

Cast: 
Nirina Zubir sebagai Laisa
Nino Fernandez sebagai Dalimunte
Nadine Chandrawinata sebagai Yashinta
Henidar Amroe sebagai Mamak Lainuri
Rizky Hanggono sebagai Dharma
Chantiq Schagerl sebagai Yashinta kecil
Mike Lewis sebagai Gougsky
Eriska Raenisa sebagai Cie Hui
Adam Zidni sebagai Ikanuri
Frans Nicholas sebagai Wibisana
Astri Nurdin sebagai Andini

Director: 
Merupakan film ketiga bagi Sony Gaokasak setelah terakhir Hafalan Shalat Delisa (2011) juga muncul di bulan Desember dengan masih mengandalkan Nirina Zubir.

W For Words: 
Bagi anda yang belum mengenal siapa Tere Liye, dia adalah seorang pria bernama asli Darwis yang dikenal lewat novel best seller Hafalan Shalat Delisa yang sudah difilmkan rumah produksi Starvision dengan bintang-bintang Reza Rahadian, Nirina Zubir dan si cilik Chantiq Schagerl. Hasil menempati peringkat ketiga film terlaris tahun 2011 dengan raihan jumlah penonton lebih dari enam ratus ribu orang adalah sebuah prestasi. Tahun ini adaptasi lain dari karya penulis yang nama bekennya berarti “For You” itu muncul kembali dimana skripnya ditata oleh Dewa Raka. 

Laisa adalah gadis buruk rupa berhati emas yang tak henti mengingatkan adik-adiknya Dalimunte, Yashinta, Ikanuri, Wibisana untuk rajin belajar dan bersekolah meski berasal dari keluarga sederhana di Lembah Lahambay. Begitu dewasa Dali berhasil menjadi profesor, Yashinta menjadi peneliti, Ikanuri dan Wibisana menjadi pebisnis handal. Kekurangan yang dirasa hanya satu, kakak tercinta mereka itu belum menemui jodoh. Dali sepakat tidak “melangkahi” Laisa dan menjodohkannya dengan beberapa pemuda kenalannya termasuk Dharma yang ternyata telah beristri. Benarkah kebahagiaan sudah menjauhi Laisa?

Menerjemahkan perjalanan hidup dalam rentang waktu yang panjang dengan melibatkan begitu banyak karakter memang bukan hal mudah. Itulah yang terjadi pada film ini. Saya menghargai sekuens animasi sekitar tiga menit sebagai pembuka layaknya cerita rakyat antara umat manusia dan kaum harimau tapi nyatanya tak berkorelasi kuat terhadap plot utama. Penjabaran masa kecil kelima anak Mamak Lainuri tersebut melulu tentang arti pendidikan saja selain penggambaran keteguhan hati seorang Laisa dalam mendidik adik-adiknya sekaligus mengembangkan kebiasaan bercocok tanam.

Sayangnya sebagian besar isi film justru berfokus pada perjodohan dan pernikahan. Penolakan demi penolakan yang diterima Laisa justru lebih banyak memancing tawa dibanding prihatin. Jika boleh, saya lebih memilih untuk menempatkan Laisa sebagai sosok wanita mandiri yang berpegang teguh pada emansipasi daripada kesepian karena cinta atau menderita karena penyakit. Nirina pun sudah menyuguhkan akting lumayan apik dengan penampilan yang lain dari biasanya yaitu rambut gimbal, tubuh bungkuk, badan gempal, kulit hitam dsb yang menjadikannya tidak menarik samasekali. Namun make up artist belum cukup konsisten menerapkan proses penuaan dari masa ke masa.

Begitu banyaknya nama besar yang terlibat membuat duet berbakat Rizky dan Astri seakan melengkapi saja. Begitu pula dengan pasangan senior Piet dan Henidar yang terasa kurang power. Nadine, Zidni, Frans tidak mendapatkan porsi yang memadai untuk mengeksplorasi karakter masing-masing. Mike Lewis tak cukup meyakinkan dengan aksen Inggris-Indonesia yang terbata-bata. Pemilihan aktor-aktris cilik maupun dewasa bertampang Indo memang patut dipertanyakan. Sama halnya dengan setting rumah dan gaya hidup yang terlalu mewah untuk standar warga “kampung” biasa.

Sutradara Sony kembali pada lokasi yang sempat digunakan untuk film pertamanya dahulu. Shot cantik daerah Ciwidey dan Pengalengan yang asri kehijauan menjadi andalan panggung bercerita yang alami. Kesan frame by frame terbukti sulit dihindari karena banyaknya penanda yang hilang saat perpindahan lokasi atau sudut pandang karakter. Editing Cesa David dan Ryan Purwoko kali ini tidak banyak membantu mengingat kontinuitas yang kerap terabaikan. Sebaik apapun kualitas akting jajaran castnya jika tidak melewati proses reading, hasilnya akan terasa kurang maksimal. Beruntung departemen yang satu itu tidak sampai underachieved disini.

Adegan yang dikondisikan (bukan dirasakan) untuk menciptakan momen haru terbilang masih hit and miss padahal esensi novelnya ada di situ. Durasi bisa jadi kendala tersendiri mengingat 136 halaman termasuk materi yang padat. Bidadari-Bidadari Surga lantas menyisakan satu pertanyaan mendasar yang pantas dilayangkan pada Tere Liye. Apa hubungan judul dengan isi cerita? Mungkin Surat Al-Waqi’ah: 22, Ar Rahman: 70, Ash-Shaffat: 49 dalam Al Qur’an mampu menjawabnya. Setidaknya film ini masih bermaksud baik karena mengajarkan nilai-nilai kekeluargaan sebagai pondasi tumbuhnya seseorang ke jalan yang benar.


Durasi: 

105 menit

Pasukan Kapiten


Tagline:

Jangan pakai otot. Pakai otak.

Nice-to-know: 
Film yang diproduksi oleh Cinema Delapan ini melangsungkan gala premierenya di Gandaria XXI pada tanggal 2 Desember 2012.

Cast: 
Cahya R Saputra sebagai Yuma
Adrina Puteri Syarira sebagai Asti
Bintang Panglima sebagai Saleh
Omara N Esteghlal sebagai Omar
Andi Bersama sebagai Kakek Sudirman
Aryadila Yarosairy sebagai Widodo

Director: 
Merupakan film kedua bagi Rudi Soedjarwo di tahun 2012 setelah Langit Ke-7 yang justru syuting belakangan.

W For Words: 
Sedianya film ini rencananya diedarkan untuk menyambut libur Lebaran bulan Agustus yang lalu. Entah kenapa akhirnya diundur ke akhir tahun bahkan nyaris tanpa publisitas yang berarti. Cermin ketidakpedean filmmakers? Melihat nama Kemal Arsjad dan Rudi Soedjarwo untuk kolaborasi kesekian kalinya tetap saja rasa penasaran saya tergelitik. Apalagi tidak banyak film konsumsi anak-anak citarasa lokal yang beredar belakangan ini. Judulnya pun cukup menggambarkan ke-Indonesia-an nya yang langsung mengingatkan saya pada lagu karya AT Mahmud yaitu Aku Seorang Kapiten.

Omar adalah anak nakal yang kerap mengganggu anak-anak lainnya termasuk Yuma. Suatu ketika, Yuma tengah mengambil layangan miliknya di rumah kosong yang ternyata dihuni oleh Kakek pensiunan tentara. Pelan-pelan Kakek mengajarkan Yuma berbagai taktik perang dengan menggunakan cabe, ember, semprotan air dsb meski menuai protes dari para orangtua. Diam-diam Kakek merindukan putranya Widodo dan cucunya Citra yang sudah menempati rumah mewah di area mereka. Berhasilkah Yuma membuat Omar jera pada akhirnya?

Tumpal Tampubolon sebenarnya hanya ingin mengangkat tema per-bully-an. Namun tanda tanya besar hinggap di dalam benak saya, berapa halaman skrip yang minim dialog tersebut? Pertanyaan yang muncul selepas menonton tersebut dikarenakan terlalu banyak ruang kosong yang dapat diisi oleh subplot yang variatif. Persahabatan Yuma dengan teman-temannya tidak mempunyai jiwa. Sama halnya dengan hubungan Kakek dengan keluarganya tidak memiliki esensi apa-apa. Dua garis besar itu lantas dihubungkan dengan titik samar-samar melalui tokoh Omar yang bertingkah laku kurang terpuji? It’s a very thin line.

Saya akui kredibilitas Rudi Soedjarwo dalam menyutradarai apalagi menggaet Yunus Pasolang sebagai tata kameranya. Itulah alasan kuat mengapa visual film ini masih bercerita lebih baik dibanding plotnya sendiri. Sinematografi cantik dengan setting lokasi terbatas, kompleks perumahan, rumah mewah, rumah tak terurus saja setidaknya cukup memanjakan mata. Sayangnya upaya Rudi untuk menyatukan laki-laki dan perempuan dalam sosok anak kecil yang baru saling mengenal sudah kerap kita saksikan, masih segar dalam ingatan adalah Lima Elang (2011) yang chemistrynya jauh lebih natural. 

Penonton mungkin bisa memaklumi kekurangan akting dari Cahya, Adrina, Bintang, Omar dan lain-lain jika simpati dan interkoneksi dapat terbangun sedari awal dengan karakter-karakter yang mereka perankan. Minimnya latar belakang tak mampu dipungkiri. Anda akan bertanya-tanya mengapa Yuma, Asti, Saleh dan Omar tidak bersekolah? Apakah mereka sedang libur? Seberapa kuat pengaruh pendidikan formal dan nonformal terhadap keseharian mereka? Hanya satu tokoh yang ‘mengandung informasi’ disini yaitu Kakek yang dijiwai oleh Andi Bersama dengan cukup meyakinkan.

Pasukan Kapiten tidaklah sekreatif Lima Elang dalam menyusun strategi atau sevariatif Langit Biru (2011) dalam menyajikan pembalasan terhadap pelaku bully. Btw, apa korelasi judul dengan isi filmnya? Anyone? Menurut hemat saya, film ini adalah titik terlemah dalam karir seorang Rudi Soedjarwo terlepas dari dukungan tim produksi yang credible. Tagline “Jangan pakai otot, pakai otak” yang terpampang di poster sedianya sudah cukup menyampaikan pesan moral bagi anak-anak, tidak melulu harus melalui presentasi ending yang  over-the-top saat Omar memukuli Yuma habis-habisan. Ouch!


Durasi: 

79 menit

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. film - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger